Rumput
Fatimah
Pernah
mendengar tanaman bernama Rumput Fatimah (kadang ditulis Patimah)?
Tanaman yang berasal dari dataran Arab ini dikenal dalam konteks
ilmiah dengan nama latin Labisa Pumila. Sementara itu dalam
bahasa Arab, ia dinamakan Kaf Mariyam yang berarti telapak tangan
Mariyam. Rumput Fatimah sangat populer di negeri asalnya. Ia bahkan
disebut sebagai tumbuhan sahabat wanita. Berkat kepopulerannya yang
melegenda, Rumput Fatimah pun beredar di Negara lain di kawasan Asia
termasuk Indonesia di dalamnya.
Oleh-oleh
khas Tanah Suci?
Rumput
Fatimah, atau juga sering disebut akar Fatimah (Anastatica
hierochuntica) merupakan tanaman yang biasa ditemukan di Gurun
Sahara, kawasan Arab, dan Timur Tengah antara lain Afrika Utara,
Jordania, Iran, Irak, Israel, Mesir, Palestina, dan Pakistan. Oleh
sebab itu, tanaman itu cukup populer di kalangan jamaah yang
melaksanakan ibadah haji, juga di kalangan para peziarah yang
berkunjung ke Yerusalem.
Di negara-negara Arab, ia sering disebut Kaf Maryam. Sementara di dunia Barat, orang mengenalnya dengan nama Maria’s palm, Rosa Maria, rose of Jericho, Jericho rose, dinosaur plant, Mary’s flower, Mary’s hand, Palestinian tumbleweed, resurrection plant, St. Mary’s flower, true rose, atau wheel.
Simbol
harapan
Namanya memang kerap dihubungkan dengan Siti Maryam atau Bunda Maria (Virgin Mary). Konon, itu disebabkan selama Maria melakukan perjalanan dari Nazareth ke Mesir untuk menyelamatkan diri dari ancaman Raja Herodes, ia sering menjumpai rumput fatimah yang ikut tergulung bersama terpaan angin di padang pasir. Berdasarkan kisah tersebut, rumput fatimah sering dijadikan simbol kesucian, berkah, dan harapan hidup yang lebih baik.
Jika di Indonesia dan kawasan Melayu - seperti Malaysia, Singapura, dan sekitarnya – tanaman itu lebih identik dengan sosok Fatimah, itu juga ada sebabnya. Setelah kedatangan Islam di Nusantara, Sayyidina Ali dan Siti Fatimah menjadi contoh teladan pasangan suami istri yang bahagia. Seiring perkembangan waktu, nama Ali digunakan untuk menamai sejenis akar yang dianggap simbol keperkasaan pria, yaitu tongkat ali (Eurycoma longifolia). Sementara, nama Fatimah, istrinya, digunakan untuk menyebut tumbuhan kecil yang dianggap banyak memberi manfaat dalam urusan kewanitaan, yaitu kacip fatimah (Labisia pumila).
Sebenarnya, yang disebut Kacip Fatimah ini tidak sama dengan rumput fatimah yang sedang kita bicarakan. Namun karena istilah dan manfaatnya serupa, banyak orang mengira bahwa keduanya adalah herba yang sama.
Bisa
“hidup kembali”
Tanaman yang tingginya hanya mencapai sekitar 15 cm ini masih keturunan famili Brassicaceae. Bunganya berwarna putih keabu-abuan, dengan bentuk daun bergelombang di bagian pinggirnya. Rumput fatimah termasuk jenis tumble weed - tanaman yang tubuhnya tidak akan terlepas dari akar meskipun telah kering. Biasanya, tanaman ini tumbuh di gurun pasir dan ikut menggulung di permukaan pasir, terbawa tiupan angin.
Bila kemarau datang, seluruh tangkai, daun, dan bunga rumput Fatimah memang akan menggulung ke dalam, mengering, lalu “mati suri”. Disebut demikian, karena jika direndam di dalam air, seluruh tangkai, daun, dan bunganya bisa mekar kembali.
Dipercaya
melancarkan persalinan
Rumput fatimah biasanya diperjualbelikan dalam bentuk kering. Orang-orang di berbagai penjuru dunia memanfaatkannya untuk berbagai keperluan. Pada saat Natal misalnya, kaum Nasrani dan Kristiani kerap menjadikannya sebagai pelengkap dekorasi rumah.
Namun
rupanya, kisah mengenai Maria memang tidak bisa dilepaskan begitu
saja dari rumput Fatimah. Sebagian orang mengidentikkan mekanisme
“mati suri” tanaman tersebut dengan membuka dan kembali
menutupnya rahim perawan suci Maria. Entah bagaimana asalnya, rumput
Fatimah pun dipercaya mampu memperlancar proses persalinan.
Menurut
Ir Yuli Widyastuti, MP, Kepala Bidang Pelayanan Penelitian dari Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional,
Solo, Jawa Tengah, secara empiris, penggunaan rumput fatimah bagi ibu
yang akan melahirkan memang sering ditemukan. “Dari penelitian yang
ada, diketahui bahwa tanaman tersebut mengandung oksitosin,
sejenis hormon yang dapat merangsang kontraksi pada rahim, sehingga
dianggap melancarkan kelahiran,” demikian penjelasannya.
Dalam
beberapa penelitian lain, rumput fatimah juga diketahui memiliki efek
melindungi fungsi hati (hepatoprotektor), antimikroba, dan
mengandung antioksidan. Meskipun demikian, studi mengenai
kadar senyawa yang terkandung, efek yang dihasilkan, serta keamanan
rumput fatimah terhadap ibu hamil dan bayinya masih sulit ditemukan.
Itu sebabnya, konsumsi air rendaman atau rebusan tanaman ini tidak
dianjurkan oleh kalangan medis.
Penelitian
Mengenai Rumput Fatimah
Pada
tahun 1998, diadakan penelitian yang didasarkan pada obat-obatan
tradisional. Penelitian ini menemukan fakta bahwa tanaman rumput
Fatimah mengandung senyawa fitokimia yang menyebabkan timbulnya
kontraksi pada bagian rahim saat dikonsumsi. Zat yang ada di dalam
rumput Fatimah ini mampu membuat pendarahan terjadi sebab ia bekerja
dengan cara memecahkan pembuluh darah dan juga stress otot. Lain lagi
dengan apa yang ditulis di dalam buku Kesproholic. Masih ditulis oleh
seorang peneliti dari Malaysia, ia menemukan fakta bahwa khasiat
rumput Fatimah dalam melancarkan persasalinan berasal dari
kandungan oksitosinnya. Zat ini sendiri digunakan oleh tubuh untuk
merangsang kontraksi rahim sehingga banyak yang percaya bahwa ia
ampuh melancarkan persalinan.
Waspadai
Rumput Fatimah!
Di
pasaran, ada banyak produk jamu yang berbahan utama rumput Fatimah.
Produsen jamu tersebut mengklaim bahwa manfaat rumput Fatimah bagi
wanita sangat beragam. Adapun khasiat rumput Fatimah (selain
melancarkan persalinan) adalah melancarkan proses menstruasi wanita,
meningkatkan jumlah hormon kewanitaan atau dikenal dengan nama
estrogen, membuat tubuh jadi lebih langsing langsing dan bahkan
mengobati penyakit semacam diare. Beragam manfaat ini seolah semakin
dikukuhkan dengan cerita turun temurun menyoal khasiat tanaman ini.
Bagaiman dunia medis memandangnya?
Jika
dikaji dari kaca mata ilmiah, dokter kandungan justru melarang keras
wanita mengkonsumsi rumput Fatimah sebab bisa mengakibatkan kontraksi
berlebihan pada rahim yang bisa berujung pada menipisnya rahim.
Memang, secara ilmiah ia terbukti mengandung senyawa fitokimia yang
bisa merangsang kontraksi. Tapi sayangnya kita tak bisa menakar kadar
senyawa tersebut sehingga yang banyak muncul justru kontraksi
berlebihan yang tak jarang berujung pada kematian bayi bahkan ibu.
Selama ini cara mengkonsumsi rumput Fatimah cukup dengan direndam air
dan kemudian diminum. Hal ini yang berbahaya bagi keselamatan wanita.
Jadi, meski khasiat rumput Fatimah banyak diakui orang-orang,
tapi tetap percayakan kesehatan Anda dan bayi dalam perut Anda pada
dokter! Jangan pernah berani mengkonsumsi obat tradisional dalam
keadaan hamil tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter
kandungan Anda. Tetap waspada!
Dari
berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar